Iklan VIP

Redaksi
Rabu, 22 Februari 2023, 22:24 WIB
Last Updated 2023-02-22T15:25:01Z
BEMJatimPTNUSurabaya

BEM PTNU se-Nusantara Menilai IPO PT PGE Mengurangi Beban Penyertaan Modal

foto : istimewa

JAKARTA, Clickindonesiainfo.id - Muhammad Rafi Nurwahyu, Sekretaris Nasional (Seknas) Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (BEM PTNU) se-Nusantara, menilai, rencana penawaran saham perdana atau yang disebut Initial Public Offering (IPO) yang akan dilakukan oleh PT PGE bukan untuk menutupi hutang atau tanggungan dari perusahaan. Sebab, PT PGE merupakan salah satu perusahaan plat merah yang berhasil mencatatkan laba.

“Perusahaan ini, kan, dalam laporannya mencatatkan Laba bersih senilai USD 111,43 juta, atau setara dengan Rp 1,66 Triliun pada kuartal Ketiga 2022. Berarti sehat, kan?,” kata Rafi, Rabu (22/2/2023).

Jika kinerja sebuah perusahaan termasuk kategori sehat, maka IPO, kata Rafi, bertujuan untuk menambah perluasan modal untuk berkembang. PT PGE merupakan perusahaan yang bergerak di Energi Panas Bumi, sementara Indonesia, jelasnya, mempunyai cadangan Energi Panas Bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Oleh sebab itu, baginya masuk akal jika perusahaan tersebut ingin menambah modal agar bisa mengeksplorasi lebih luas lagi.

Dengan langkah IPO, jelas bahwa PT PGE akan semakin mengurangi ketergantungan dari penyertaan modal APBN. Dengan begitu, katanya, APBN yang seharusnya dipakai untuk penyertaan modal PT PGE bisa dialihkan kepada sektor lain. “Ini ada perusahaan plat merah mau berkembang, mau mencari modal di luar APBN, ya harus didukung,” tegasnya.

“Asumsinya, jika PT PGE sudah mengurangi modal dari APBN, beban APBN untuk penyertaan modal berkurang, berarti nilai APBN yang seharusnya untuk PT PGE bisa dialihkan ke sektor lain. Bisa ke Infrastruktur, pendidikan, atau bahkan ke Perusahaan-perusahaan lain yang perlu diselamatkan,” terangnya.

Untuk diketahui, PT PGE berencana melakukan IPO untuk mendapatkan modal besar senilai 9,78 Triliun rupiah. Menurut Komisaris PT PGE, Syamsul Hidayat, sebagaimana dikutip dari laman tempo.com investasi di bidang energi panas bumi membutuhkan biaya yang sangat besar. Pertamina selaku induk perusahaan, kata Samsul, memberikan keleluasaan pada PGE untuk mencari alternatif pendanaan sendiri. Sehingga, PGE sebagai Subholding tidak terlalu bergantung pada Induk perusahaan. (ari)