Iklan VIP

Redaksi
Minggu, 09 April 2023, 15:34 WIB
Last Updated 2023-04-09T08:35:39Z
Idul FitriJakartaTradisi Mudik

Asal Usul Tradisi Mudik Lebaran saat Idul Fitri di Indonesia

foto : Bay Google


Jakarta, Clickindonesiainfo.id - Perayaan Idul Fitri di Indonesia tidak bisa lepas dari tradisi Mudik atau pulang ke kampung halaman.

Tradisi ini dipakai bagi umat muslim di Indonesia yang merayakan momen lebaran Idul Fitri di tanah kelahirannya.

Namun, tahukah anda bahwa istilah mudik berasal dari bahasa Melayu?

Mengutip dari laman Univerditas Gajah Mada (UGM) istilah Mudik berasal dari bahasa melayu 'udik' yang artinya hulu atau ujung.

Sebab, pada masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai pada masa lampau, sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Setelah urusannya selesai, maka kembali pulang ke hulu pada sore harinya.


“Berasal dari bahasa Melayu, udik. Konteksnya pergi ke muara dan kemudian pulang kampung. Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya,” kata Antropolog UGM, Prof Heddy Shri Ahimsa-Putra dikutip dari laman UGM.

Menurut Heddy, istilah mudik mulai dikenal luas di era tahun 1970-an, setelah pada masa orde baru melakukan pembangunan pusat pertumbuhan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan yang menyebabkan orang melakukan urbanisasi pindah ke kota untuk menetap dan mencari pekerjaan.

Ia menuturkan, mereka yang  bekerja dan hidup di kota, lama lepas dari kerabatnya. Padahal selama di desa bisa dekat dengan kerabat.

“Kangen pasti. Menunggu libur yang agak panjang agar bisa  kumpul sangat ditunggu. Karena kita di Indonesia masyarakat muslim yang paling banyak maka lebaran Idulfitri jadi pilihan. Berbeda di Amerika dan Eropa, warganya banyak pulang kampung saat perayaan thanksgiving atau perayaan natal. Sementara di kita ya Idulfitri,” paparnya.

Akan tetapi mudik bagi sebagian orang bukan semata-mata untuk ajang kumpul keluarga. Namun, juga menjadi ajang bagi sebagian orang untuk pamer atas keberhasilan mereka di tanah perantauan.

“Motivasi lain karena ingin menunjukkan ia sudah berhasil secara ekonomi,” katanya.

Publisher : Joko Santoso

Sumber: UGM