PASURUAN,Clickindonesiainfo.id – Di tengah gencarnya promosi pariwisata oleh pemerintah pusat, nasib Danau Ranu Grati di Kabupaten Pasuruan justru memprihatinkan. Alih-alih ramai oleh wisatawan saat libur sekolah, danau yang berada di tiga desa Kecamatan Grati, Sumberdawesari, Ranuklindungan, dan Gratitunon itu justru lebih mirip kolam pemancingan sunyi daripada destinasi wisata unggulan.
Harga tiket yang hanya Rp5.000 nyatanya tidak cukup menarik minat pengunjung. Dalam sepekan masa libur sekolah, jumlah wisatawan bisa dihitung dengan jari. Bahkan pada akhir pekan, hanya terlihat segelintir orang sekitar 10 hingga 15 pengunjung dan itu pun sebagian besar datang untuk memancing, bukan berwisata.
“Sayang banget tambah sepi, padahal potensi danau ini sangat besar,” kata Zeinal, wisatawan asal Nguling, Sabtu (28/06/2025).
Ironisnya, di tengah keindahan alam Danau Ranu Grati yang berlatar Pegunungan Tengger, fasilitas umum di lokasi ini justru jauh dari kata layak. Spot foto yang seharusnya menjadi daya tarik, kini tertutup oleh jembatan kayu yang rapuh dan membahayakan.
Lampu-lampu hias tak lagi menyala, menyisakan tiang kosong tanpa bohlam. Dermaga yang dulunya jadi tempat favorit berswafoto kini rusak dan ditutupi debu, mencerminkan ketidakpedulian dalam pengelolaan.
Minimnya perawatan dan pembiaran kerusakan fasilitas menunjukkan lemahnya komitmen pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi wisata lokal. Padahal jika dikelola dengan baik, Danau Ranu Grati bisa menjadi aset ekonomi dan ikon pariwisata Pasuruan.
Ketika banyak daerah berlomba memoles potensi wisatanya, Pasuruan justru terlihat tertinggal, seolah membiarkan kekayaan alamnya menua dan dilupakan. Wajar jika publik mulai mempertanyakan: di mana peran pemerintah daerah? Apakah sekadar membangun tanpa merawat?
Jika tidak ada perubahan serius dalam pengelolaan, Danau Ranu Grati hanya akan menjadi catatan nostalgia pernah indah, tapi kini tinggal kenangan.(Jack)