Lombok-NTB,Clickindonesiainfo.id — Ratusan sopir yang tergabung dalam Koperasi Transportasi Wisata Senggigi (Kotasi) menyatakan penolakan terhadap kehadiran transportasi online seperti Go-Car, Maxim, dan InDrive di kawasan wisata Senggigi. Penolakan ini tidak berlaku untuk GrabCar, yang selama ini telah menjalin kerja sama dengan pihak Kotasi.
Wakil Ketua Kotasi Senggigi, Lalu Mustiadi, pada Minggu (8/6), mengungkapkan bahwa pihaknya sebenarnya bersikap terbuka terhadap kehadiran transportasi online. Namun, sejumlah masalah yang terjadi di lapangan membuat mereka merasa dirugikan.
"Masalah tarif yang tidak sesuai kesepakatan dan ketiadaan batasan zona operasi sangat merugikan kami, berbeda dengan sistem GrabCar yang selama ini berjalan baik dengan kami," jelas Mustiadi.
Ia menambahkan, Kotasi memiliki paguyuban serta AD/ART yang mengatur operasional anggotanya di kawasan wisata Senggigi. Masuknya transportasi online non-Grab dinilai memicu persaingan tidak sehat dengan tarif yang jauh lebih rendah.
Di tempat yang sama, Ketua Penasehat Kotasi Senggigi, Pak Nurudin, menyampaikan bahwa dampak transportasi berbasis IT sangat signifikan terhadap keberlangsungan penghidupan para sopir lokal.
"Kami ingin memberdayakan masyarakat lokal. Sementara transportasi online ini tidak memiliki batasan wilayah yang jelas," ujarnya.
Sebagai bentuk penolakan, pihak Kotasi memasang sejumlah spanduk di titik-titik strategis yang berbunyi:
“KAMI MENOLAK TAKSI ONLINE DI KAWASAN SENGGIGI SEPERTI: GO-CAR, MAXIM, INDRIVE DLL, KECUALI GRABCAR SENGGIGI – DROP ONLY.”
Ketua Kotasi, H. Muh. Tauhid, juga menambahkan bahwa pihaknya telah menjalin komunikasi dengan berbagai hotel dan akomodasi di Senggigi. Mereka sepakat untuk tidak mengizinkan transportasi online selain GrabCar untuk mangkal atau menjemput tamu.
"Hasil koordinasi kami, pihak hotel sepakat mendukung transportasi lokal. Jika ada pelanggaran, kami tidak segan memberikan peringatan hingga sanksi," tegasnya.
Penolakan ini disertai dengan aksi sweeping serta pemasangan banner oleh para sopir lokal. Mereka berharap keberadaan transportasi online non-Grab dapat dibatasi agar ekosistem transportasi wisata di Senggigi tetap kondusif dan berpihak pada masyarakat lokal.(RSM)