Pasuruan,Clickindonesiainfo.id - Skandal hangusnya BPJS Ketenagakerjaan guru Madrasah di bawah koordinasi FKDT Kraton memasuki putaran baru. Setelah laporan resmi teregister di Polresta Pasuruan, ahli waris almarhumah Fatimatuz Zahro akhirnya mengakui telah menerima uang ganti rugi (Damai) senilai Rp7 juta dari Salman, pihak yang sebelumnya dilaporkan.
Dalam konfirmasinya, ahli waris menjelaskan bahwa pertemuan berlangsung di rumah keluarga. “FKDT datang sepuluh orang. Mereka minta diselesaikan secara kekeluargaan dan meminta pencabutan laporan. Dan uang itu sudah kami terima,” ujar ahli waris. Sabtu (15/11/25).
Pengakuan ini menunjukkan bahwa penyelesaian dilakukan tanpa koordinasi apa pun dengan pendamping dari TRINUSA, yang sejak awal mengawal persoalan hangusnya BPJS satu lembaga penuh berisi delapan guru. TRINUSA menegaskan tidak dilibatkan dalam proses damai tersebut. “Kami mendampingi dari awal karena persoalan ini menyangkut hak delapan guru. Kalau kemudian ada kesepakatan yang dilakukan diam-diam, itu menjadi catatan serius,” ucap perwakilan TRINUSA.
Sementara itu, Salman—yang disebut hadir dan menyerahkan uang ganti rugi—memilih tidak memberikan tanggapan. Pesan konfirmasi yang dikirimkan awak media hanya dibaca tanpa dibalas. Sikap diam ini semakin memperlebar tanda tanya publik soal mekanisme pengelolaan iuran BPJS guru-guru Madrasah di wilayah FKDT Kraton.
Meski telah terjadi penggantian uang kepada ahli waris, persoalan pokoknya tetap tidak terselesaikan: hak jaminan sosial delapan guru hangus tanpa dasar yang jelas, dan dugaan bahwa ada lembaga lain dengan nasib serupa belum terjawab.
Redaksi mengimbau seluruh guru dan lembaga Madrasah di bawah FKDT—baik di Kraton maupun kecamatan lain—untuk segera memeriksa status kepesertaan BPJS Ketenagakerjaannya secara mandiri. Banyak kasus hangus seperti ini baru ketahuan setelah musibah terjadi. Pemeriksaan sejak dini adalah langkah paling realistis untuk mencegah korban berikutnya.
Episode ini menutup babak damai senyap, tetapi membuka pintu ke pertanyaan yang lebih besar: apakah ini kasus tunggal, atau gejala dari pola sistemik yang lebih luas? Ikuti terus perkembangannya.
(Ipung)



