SURABAYA,Clickindonesiainfo.id – Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur terus bekerja tanpa lelah dalam proses identifikasi korban robohnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo. Hingga Jumat malam (10/10/2025), tiga kantong jenazah tambahan berhasil diidentifikasi, terdiri dari dua jenazah utuh dan satu bagian tubuh (body part).
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast, menyampaikan perkembangan tersebut di RS Bhayangkara Surabaya.
“Pada malam hari ini kami menyampaikan update penanganan jenazah korban robohnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny, hasil operasi Tim DVI,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes Pol Dr. dr. M. Khusnan Marzuki, selaku Komandan DVI menjelaskan bahwa ketiga jenazah baru itu berhasil dikenali melalui metode pemeriksaan medis, gigi, dan DNA.
Adapun hasil identifikasi terbaru adalah sebagai berikut:
Kantong jenazah PM RSB B-031: Teridentifikasi melalui data gigi dan medis sebagai Moh. Alfin Mutawakkilalallah (17), asal Desa Lomaer, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan.
Kantong jenazah PM RSB B-049: Cocok dengan data medis dan gigi Muhammad Iklil Ibrahim Al Aqil (15), asal Dusun Tegal Gebang, Sukorejo, Bangsalsari, Jember.
Body part PM 056.1: Teridentifikasi secara DNA dan medis, cocok dengan korban Mochammad Haikal Ridwan (14), asal Dusun Barat Leke, Sendang Dajah, Labang, Bangkalan.
“Dengan tambahan ini, hingga malam ini kami telah berhasil mengidentifikasi 50 korban dari total 67 kantong jenazah yang diterima,” ungkap Kombes Pol Khusnan.
Ia menambahkan, masih ada 14 kantong jenazah yang saat ini tengah diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
“Proses ini membutuhkan ketelitian tinggi. Kami mohon kesabaran keluarga karena identifikasi DNA memerlukan waktu,” tambahnya.
Sementara itu, Kabid DVI Pusdokkes Polri, Kombes Pol Wahyu Hidayati, mengungkapkan bahwa pemeriksaan terhadap sisa kantong jenazah memasuki tahap yang lebih kompleks karena kondisi sampel yang mulai memburuk.
“Semakin sedikit hasil yang kami umumkan bukan karena berhenti bekerja, tetapi karena kualitas sampel DNA yang tersisa sudah tidak sebagus sebelumnya,” ujarnya.
Menurut Kombes Wahyu, sebagian sampel yang tersisa berupa potongan tubuh, sehingga analisis DNA memerlukan waktu lebih lama.
“Kami tidak bisa memastikan jumlah akhir korban sebelum seluruh pemeriksaan selesai. Kami mohon keluarga tetap bersabar,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa dari 67 kantong jenazah, jumlah korban yang dilaporkan hilang sebanyak 63 orang.
“Satu korban bisa terdiri dari lebih dari satu kantong jenazah, jadi jumlah kantong tidak selalu sama dengan jumlah korban,” pungkasnya.
Polda Jawa Timur bersama Pusdokkes Polri terus melanjutkan operasi DVI dengan dukungan tim forensik dan laboratorium DNA untuk memastikan seluruh korban dapat diidentifikasi secara ilmiah dan diserahkan kepada keluarga masing-masing. (Jack)